My Bible

Renungan Terbaru

06 Dec 2025

MENGIKUTI DAN MENJADI TELADAN YANG BENAR 2 Timotius 3:10-17

Tetapi engkau telah mengikuti ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku dan ketekunanku. Engkau telah ikut menderita penganiayaan dan sengsara seperti yang telah kuderita di Antiokhia dan di Ikonium dan di Listra. Semua penganiayaan itu kuderita dan Tuhan telah melepaskan aku dari semuanya itu. (2 Timotius 3:10-11) Sedari kecil Timotius telah diajar dan melihat teladan iman ibu dan neneknya. Dan Rasul Paulus pun mengingatkan Timotius: ajaran yang benar terlihat dari cara hidup yang benar. Timotius sudah menyaksikan bagaimana cara Rasul Paulus hidup. Bukan hanya mendengar apa yang Paulus katakan, ia melihat seluruh kehidupan Paulus: imannya, kesabarannya, kasihnya, dan ketekunannya menghadapi banyak tantangan. Keteladanan berbicara melebihi kata-kata, dan sumber keteladanan berasal dari Firman Tuhan. Seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus: “Seluruh Kitab Suci diilhamkan Allah dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.” (2 Timotius 3:16-17 - TB2) Firman Tuhan adalah sumber dan juga keteladanan yang mengajarkan kita agar dapat berjalan sesuai kehendak Tuhan. Hasilnya: kita diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik yang berguna bagi orang lain. TELADAN YANG BENAR LAHIR DARI HIDUP YANG DIBENTUK OLEH FIRMAN

2 Timotius 3:10-17
05 Dec 2025

KASIH: RELA BERKORBAN YANG SEMPURNA 2 Korintus 5:11-21

Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. (2 Korintus 5:14) Ketika kita membaca ayat di atas, kita memahami bahwa rasul Paulus menempatkan kasih Kristus sebagai pusat dorongan pelayanan. Kasih yang dimaksud di sini adalah kasih yang rela berkorban, kasih Kristus yang nyata di salib. Hal ini pun semakin ditegaskan di ayat ke-15: "Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka." Jadi ukuran kasih orang percaya diukur dari kesediaan menyerahkan diri, bukan dari banyaknya kata-kata. Kasih Kristus juga mengubah cara kita memandang realita kehidupan: “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (ayat 17) Inilah inti kasih yang sejati: Yesus rela memberikan nyawa-Nya untuk menanggung setiap dosa manusia dan memberikan damai sejahtera bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Oleh karena itu, setiap tindakan orang percaya harus berakar pada kasih itu. Paulus menasihatkan Timotius agar menjadi teladan “dalam perkataan, tingkah laku, kasih, iman, dan kesucian” (1 Timotius 4:12). Kasih sejati adalah landasan dari cara hidup orang percaya: cara berbicara, cara bekerja, cara melayani, hingga cara kita memperlakukan orang yang berbeda atau sulit. Bila kasih Kristus yang menguasai, maka motif pribadi, gengsi, imbalan, pujian akan surut; yang tinggal adalah kerelaan untuk berkorban bagi orang lain, seperti Kristus telah lebih dahulu melakukannya bagi kita. Kasih sejati tidak menghitung untung rugi, sebab Kristus pun tidak memperhitungkan dosa kita; Ia menukar diri-Nya dengan kehidupan kita.

2 Korintus 5:11-21
04 Dec 2025

KETEKUNAN YANG MENGHASILKAN KESETIAAN SAMPAI AKHIR Roma 5:1-11

Paulus membuka bagian ini dengan satu pernyataan: oleh iman kita telah dibenarkan, sehingga kita hidup dalam damai dengan Allah melalui Yesus Kristus. Dari anugerah ini mengalir sebuah sikap rohani: kita “bermegah dalam pengharapan akan kemuliaan Allah.” Namun tidak berhenti sampai di situ; Paulus menempatkan juga penderitaan dalam rencana Allah. Inilah yang dikatakan dalam Roma 5:3-5: “Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.“ Dengan demikian, ketekunan bukanlah kepasifan melainkan “pelita” yang menerangi langkah iman di tengah gelap. Membantu kita melihat bahwa setiap tekanan yang kita tanggung tidak sia-sia, melainkan sedang membentuk karakter yang selaras dengan Kristus. Landasan kepercayaannya adalah: Kristus telah mati bagi kita ketika kita masih lemah dan berdosa; lebih-lebih sekarang, setelah dibenarkan oleh darah-Nya, kita diperdamaikan dengan Allah dan diselamatkan oleh hidup-Nya. Kepastian kasih Allah inilah yang membuat pengharapan tidak memalukan, dan yang memampukan kita setia sampai akhir. Ketekunan adalah pelita yang menyalakan iman kita sehingga melahirkan kesetiaan sampai akhir.

Roma 5:1-11
03 Dec 2025

APAKAH KITA HIDUP DENGAN LIMPAH SYUKUR?

1 Korintus 15:5-11, Kolose 2:7 Paulus sangat menyadari betapa besar kasih karunia yang ia terima dari Allah. Terlebih karena latar belakang masa lalunya sebagai penganiaya orang percaya. Namun justru karena dia menyadari akan betapa besarnya kasih karunia itu, maka itu pula yang menjadi alasan untuk ia melayani dan memberi hidupnya untuk Tuhan. Semakin besar syukur kita kepada Tuhan, akan terlihat dari ekspresi kita untuk ingin memberikan yang terbaik kepada Tuhan. Kita tidak melayani dan memberi supaya diselamatkan atau supaya dikasihi. Justru sebaliknya, pelayanan dan pemberian kita adalah bentuk rasa syukur kita menyadari bahwa kita sudah diselamatkan dan dikasihi dengan karunia yang sebenarnya tidak layak kita terima. Ketika kita semakin bertumbuh mengenal Kristus, kita akan makin sadar akan kasih karunia-Nya. Itu akan membuat kita makin limpah dengan syukur, sehingga kita semakin terdorong untuk memberi hidup kita bagi Tuhan.

1 Korintus 15:5-11
02 Dec 2025

BERTUMBUH DALAM KAPASITAS HATI #2

Di ayat 37-38, Yesus mengajak murid-murid melihat dunia melalui cara pandang-Nya. Setelah melihat kondisi orang banyak, Ia berkata, “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.” Dunia bukan sekadar penuh masalah; dunia adalah ladang tuaian yang menunggu untuk dituai. Yesus mengubah cara pandang murid-murid: dari melihat kesulitan → menjadi melihat kesempatan. Lalu Ia menambahkan satu perintah penting: “Mintalah kepada Tuhan yang empunya tuaian…” Doa ini bukan sekadar permohonan; doa ini membentuk hati. Ketika kita berdoa untuk pekerja dan tuaian, Tuhan mulai memperluas kapasitas hati kita. Kita mulai peduli, terbeban, dan siap melangkah. Dari ayat ini kita belajar: Cara pandang baru akan menghasilkan tindakan yang baru. Doa untuk tuaian adalah langkah pertama untuk memiliki hati seperti Kristus. Ketika kita berdoa, hati kita digerakkan dan diperluas untuk terlibat dalam rencana Tuhan.

Matius 9:37:38
01 Nov 2025

BERTUMBUH DALAM KAPASITAS HATI #1

Matius 9:35-36 menunjukkan bagaimana Yesus hidup dengan kapasitas hati yang besar. Sebelum bicara tentang belas kasihan-Nya, Injil memperlihatkan apa yang Yesus lakukan sehari-hari: Ia pergi dari kota ke kota, mengajar, memberitakan Injil, dan menyembuhkan orang sakit. Ini bukan sekadar jadwal pelayanan, ini gambaran hati-Nya. Yesus tidak menutup diri, Ia membuka diri. Ia tidak menjaga jarak, Ia mendekat. Aktivitas-Nya menunjukkan betapa besar ruang di dalam hati-Nya untuk orang lain. Ayat 36 dimulai dengan kalimat: “Melihat orang banyak itu…” Yesus melihat bukan dengan mata biasa, tetapi dengan hati yang peka. Ia melihat kelelahan, kehilangan arah, dan kesepian banyak orang. Pandangan itu membuat hati-Nya tergerak oleh belas kasihan. Dari ayat ini kita belajar: Kapasitas hati Yesus tampak dari kesediaan-Nya untuk hadir dan peduli. Kapasitas hati kita bertumbuh ketika kita mulai melihat orang lain seperti Yesus melihat mereka. Pertumbuhan kapasitas hati tidak dimulai dari perasaan, tetapi dari langkah-langkah kecil untuk peduli dan mendekat kepada mereka yang membutuhkan

Matius 9:35-36